Senin, 22 April 2013

Penulisan Ilmiah



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi semakin berkembang, aktivitas yang dijalani hampir disegala bidang menggunakan jasa teknologi, demikian juga dalam bidang kesehatan,  teknologi sangat berperan penting dewasa ini. Semakin berkembangnya teknologi pada pengobatan secara medis membuat pengobatan tradisional mulai terabaikan, karena keterbatasan media teknologi dalam memberikan informasi mengenai pengobatan secara tradisional.
Pengobatan tradisional sendiri memiliki beberapa cara, ada yang mengunakan terapi pijat contohnya seperti reflexi dan akupuntur, dan ada juga yang menggunakan cara mengkonsumsi ramuan – ramuan yang bermanfaat dalam pngobatan penyakitnya. Mungkin jika masyarakat yang menderita suatu penyakit mengetahui manfaat pengobatan tradisional dapat sedikit membantu proses pengobatan penyakitnya.
Dengan munculnya Sistem Operasi berbasis android, masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi, salah satunya digunakan untuk menyampaikan informasi kepada para masyarakat luas mengenai pemanfaatan ramuan tradisional, dan memudahkan masyarakat sekitar yang membutuhkan  informasi mengenai pengobatan dengan ramuan tradisional, khususnya ramuan jamu.
Oleh karena permasalahan – permasalahan diatas penulis ingin membantu masyarakat luas yang belum mengatahui informasi tentang pemanfaatan pengobatan tradisional, dengan  membuat penulisan ilmiah yang berjudul “Aplikasi Pemanfaatan Jamu Tradisional Berbasis Android”
1.2 Batasan Masalah.
      Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membatasi masalah  hanya mencakup pembahasan sesuai dengan judul  penulisan “Aplikasi Pemanfaatan Jamu Tradisional Berbasis Android”  yang meliputi bahan baku pembuatan, cara pembuatan dan cara penerapan jamu tradisional yang tertera dalam penulisan.
1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat aplikasi pemanfaatan jamu tradisional pada Sistem Operasi Android. Aplikasi ini ditujukan untuk pasien yang memilih pengobatan tradisional dengan mengkonsumsi jamu, agar menambah pengetahuan dan pemanfaatan dari jamu tradisional sebagai alternative dalam pengobatan.

1.4  Metode Penelitian
1.   Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan penelitian penyusunan, dilakukan teknik-teknik metode penelitian berupa pengumpulan data dan pencarian informasi dilalakukan dengan menelaah buku yang terdapat di perpustakaan, bullletin, buku dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Pengamatan dilakukan dengan wawancara langsung dengan Masyarakat sekitar yang sering mengkonsumsi jamu guna untuk mendapatkan informasi yang di perlukan.
2.   Perancangan
Dalam tahap ini penulis merancang tampilan aplikasi dengan membuat struktur flowchart menggunakan UML
3.   Implementasi
Dalam tahap ini penulis akan menerapkan hasil perancangan kedalam suatu bahasa pemrograman dengan menggunakan Eclipse


4.   Menjalankan Aplikasi
Dalam tahap ini uji coba aplikasi didahului dengan proses debugging. Program yang sudah valid dan terverifikasi, selanjutnya dijalankan dengan  menggunakan ponsel berbasis Android

1.5  Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan penulisan ilmiah ini, maka penulisan ilmiah ini dibagi menjadi empat bagian
BAB I                         PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan juga sistematika yang disajikan dalam penulisan.
BAB II                        LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang ANDROID, ANDROID SDK, JDK, ECLIPSE, SQLite, dan DroidDraw.
BAB III          PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang rancangan dan implementasi dari aplikasi  yang akan dibuat serta hasil  yang akan ditampilkan.
BAB IV          PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan penulisan ilmiah ini dan saran.

Makna penalaran deduktif dan penjelasannya

1. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah suatu tahap pemikiran dan pembelajaran manusia untuk menghubungkan antara data dengan fakta yang ada sehingga pada akhirnya terdapat kesimpulan yg dapat diambil.
Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum dari pada proposi tempat menarik simpulan itu. Proposi tempat merarik simpulan itu disebut premis. Atau dapat juga di artikan penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
 Contoh Penalaran deduktif :
-    semua binatang punya mata
-    srigala termasuk binatang
.:.  srigala punya mata
penalaran deduktif dapat merupakan silogisme dan entimen.

A. Silogisme

     Silogisme adalah cara berpikir formal, yang jarang terjadi dalah kehidupan sehari-hari, kita menemukan polanya saja, misalnya ia dihukum karena melanggar peraturan X, sebenarnya dapat dibentuk secara formal atau silogisme, yaitu

A.  Semua yang melanggar peraturan X akan dihukum
B. Ia melanggar peraturan X.
C. Ia dihukum.

    Sebuah silogisme terdiri atas tiga term ( mayor, tengah dan minor) dan tiga proposisi (Premis mayor, premis minor, dan kesimpulan).
CONTOH :
1. Premis mayor : semua cendrakiawan adalah manusia pemikir
                                                S                             P(term mayor)
2. Premis minor : Semua ahli filsafat adalah cendrakiawan
                                             S(term minor)           P(term tengah)
3. kesimpulan    : semua ahli filsafat adalah manusia pemikir
                                             S                                   P

A. Penjelasan

  • proposisi 1 dan 2 merupakan premis, yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan pada proposi 3
  • proposisi 1 merupakan premis mayor, yaitu premis yang mengandung pernyataan dasar umum yang dianggap benar dikelasnya. didalamnya terdapat term mayor (manusia pemikir) yang akan muncul pada kesimpulan sebagai predikat.
  • proposisi 2 merupakan premis minor yang mengemukakan pernyataan tentang segala khususnya yang merupakan bagian kelas premis mayor. di dalamnya term minor (ahli filsafat) yang akan menjadi subjek dalam kesimpulan.
  • term mayor dihubungkan oleh term tengah (cendrakiawan) yang tidak boleh diulang dalam kesimpulan. yang memungkinkan kita menarik kesimpulan ialah adanya term tengah.
Dari penjelasan tersebut dapat diringkas sebagai berikut.
  • silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang bersifat formal.
  • proses penalaran dimulai dari premis mayor, melalui premis minor, sampaiu pada kesimpuloan.
  • strukturnya tetap; premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
  • premis mayor berisi pernyataan umum.
  • premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian [remis mayor(term mayor).
  • kesimpulan dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.

B. Persyaratan Silogisme

  • Di dalam silogisme hanya mungkin terdapat tiga term.
             CONTOH:             semua manusia berakal budi.
                                           semua mahasiswa adalah manusia.
                                           semua mahasiswa berakal budi.
  • term tengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan.
  • dari dua premis negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.
  • kalau kedua premisnya positif, kesimpulan juga positif.
  • term-term yang mendukung proposisi harus jelas, tidak mengandung pengertian ganda/menimbulkan keraguan.
             CONTOH:              semua buku mempunyai halaman.
                                            ruas mempunyai buku.
                                            ruas mempunyai halaman.
  • dari premis mayor partikular dan premis minor negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.
  • premis mayor dalam siogisme mungkin berasal dari teori ilmiah. penarikan kesimpulan dari teori ini mudah diuji. tidak jarang premis mayor berasal dari pendapat umum yang belum dibuktikan kebenarannya.

2. ENTIMEN

     Dalam kehidupan sehari-hari, silogisme yang kita temukan berbentuk entimem, yaitu silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
 CONTOH:
                  menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
                  kalimat diatas dapat dipenggal menjadi dua.

             a. menipu adalah dosa.
             b. karena (menipu) merugikan orang lain.

kalimat a merupakan kesimpulan, kalimat b adalah premis minor (bersifat minor) maka silogisme dapat disusun:
                  premis mayor    : ?
                  premis minor     : Menipu merugikan orang lain.
                  kesimpulan        : Menipu adalah dosa.

    Dalam kalimat itu,yang dihilangkan adalah premis mayor. perlu diingat bahwa premis mayor bersifat umum, jadi tidak mungkin subyeknya menipu. kita dapat berpikir kembali dan menentukan premis mayornya, yaitu perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa. entimem juga dapat dibuat dengan menghilangkan premis minornya. misalnya, perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa, jadi menipu adalah dosa. untuk mengubah entimen menjadi silogisme, mula-mula kita cari kesimpulannya, kata-kata yang menandakan kesimpulan ialah jadi, maka, karena itu, dengan demikian, dan sebagainya. kalau sudah cari/tentukan premis yang dihilangkan.
contoh: pada malam hari tidak ada matahari, jadi tidak mungkin terjadi proses fotosintesis.
bentuk silogismenya adalah
premis mayor:  proses fotosintesis memerlukan sinar matahai.
premis minor:  pada malam hari tidak ada matahari.
kesimpulan    : jadi, pada malam hari tidak mungkin ada fotosintesis.
     sebaliknya untuk mengubah silogisme menjadi entimem, cukup dengan menghilangkan salah satu premisnya.
CONTOH:
premis mayor: anak-anak berusia di atas sebelas tahun telah mampu berpikir formal.
premis minor: siswa kelas 6 di Indonesia telah berusia lebih dari sebelas tahun.
kesimpulan    : Siswa kelas 6 di Indonesia telah mampu berpikir formal.
- Entimem dengan penghilangan premis mayor:
   siswa kelas 6 di Indonesia telah berumur di atas sebelas tahun, jadi mereka mampu berpikir formal
- Entimem dengan penghilanagn premis minor:
   anak-anak yang berusia di atas sebelas tahun telah mampu berpikir formal, karena itu sisea kelas 6 di Indonesia mampu berpikir formal.